FABRIKASI BESI KASAR DI LINGKUNGAN KITA
Baja merupakah suatu istilah yang tidak asing lagi kita khususnya bagi kalangan dunia Industri yang bergerak dalam bidang Pengecoran Logam. Bahan baku utama baja berupa bijih besi yang diolah dalam dapur tinggi, namun perlu diketahui bahwa baja yang akan diproses itu tidak 100% murni bijih besi semuanya. Biasanya bijih besi tersebut masih tercampur dengan kotoran, gas, pasir, tanah liat, dll. Untuk mendapatkan kualitas bijih besi yang bagus, bahan-bahan seperti kotoran, gas, tanah liat. Pasir, dll. harus dibuang ataupun dicuci terlebih dahulu. Bijih besi yang sudah “bersih” selanjutnya diolah bersama-sama dengan bahan-bahan tambahan seperti kokas, batu kapur, dll.
Cobalah amati barang-barang yang berada disekitar kita dan silahkan hitung berapa
banyak barang-barang yang terbuat dari besi, kuningan, kayu, dll. Pernahkah
kita mencoba untuk mengetahui seperti apakah proses pembuatannya? Bagaimanakah
Baja dibuat? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya kita
tanyakan untuk menambah wawasan kita. Didalam suatu Dapur
Tinggi sehingga akan dihasilkan besi cair yang masih bercampur dengan terak.
Besi cair tersebut akan dipisahkan dengan terak dan barulah dituangkan kedalam
sebuah cetakan sebagai besi kasar. Besi kasar ini umumnya disebut dengan Ingot.
Bijih Besi
Untuk menghasilkan besi kasar, jenis bijih besi yang umum dipakai
antara lain :
- Batu besi coklat (2Fe2O3.3H2O) dengan kandungan hingga 40% Fe
- Batu besi merah (Fe2O3) dengan kandungan hingga 50% Fe
- Batu besi magnit (Fe3O4) dengan kandungan hingga 60% Fe
- Batu besi kalsit (FeCO3) dengan kandungan hingga 40% Fe
Selanjutnya bahan-bahan seperti kotoran, pasir, tanah liat, dll. dibersihkan
(dibuang). Proses pembuangan bahan-bahan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Pencucian : Bijih besi diangkut dengan menggunakan konveyor (sabuk
berjalan) yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat bergoyang dan berjalan
melawan arus air dari sebuah Nozzel pada ujung konveyor tadi.
2. Pemecahan : Bijih besi dipecah dengan menggunakan sebuah mesin khusus
sehingga akan dihasilkan kepingan-kepingan bijih besi dengan ukurang yang
relatip sama (seragam).
3. Sortir : Pada tahapan proses ini, kepingan-kepingan bijih besi akan
dilewatkan pada roda magnit yang mempunyai sifat kemagnetan kuat sehingga dalam
hal ini akan terpisahkan antara bijih besi dengan kandungan Fe rendah dan bijih
besi dengan kandungan Fe tinggi.
4. Heating (Pemanasan) : Tujuan dari proses ini adalah untuk
menghilangkan kandungan air dan udara (gas) yang masih menempel di bijih besi.
Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari sifat rapuh (kerapuhan) pada hasil
akhirnya (besi).
Dapur Tinggi
Umumnya dapur tinggi dibangun dalam 2 lapisan, yaitu lapisan luar (plat baja)
dan lapisan dalam (batu bata tahan api). Didalam dapur ini, bijih besi akan
ditambahkan batu kapur yang berfungsi sebagai pengikat kotoran (terak) dan juga
kokas yang berfungsi sebagai bahan bakar. Kesemua bahan-bahan tersebut
dipanaskan hingga mencair.
Prinsip pokok dari kerja dapur tinggi adalah dengan mereduksi oksigen dari
bijih besi yang terjadi dalam 3 tahap, yaitu :
a. Reduksi tidak langsung dengan CO pada suhu 300 derajat Celcius hingga 800
derajat Celcius.
Fe2O3 + CO --> 2FeO + CO2
b. Reduksi tidak langsung pada daerah temperature 800 derajat Celcius hingga
1100 derajat Celcius.
FeO + CO --> Fe + CO2
c. Reduksi langsung pada daerah temperature 1100 derajat Celcius hingga 1800
derajat Celcius.
FeO + C --> Fe + CO
Bahan-bahan ikatan akan diikat oleh batu kapur pada titik cair yang tinggi
dalam bentuk terak. Bahan terak ini tidak akan dipakai pada fabrikasi besi
kasar. Meskipun demikian terak ini masih bernilai ekonomis, misalnya sebagai
bahan ASPAL (untuk jalan raya-red).
Selain terak, produk sampingan dari dapur tinggi ini yakni : Gas. Hal ini
dikatakan demikian karena Gas ketika keluar dari dapur tinggi masih mempunyai
panas yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan ulang untuk memanaskan dapur atau
tungku yang lainnya.
Secara sederhana, skema fabrikasi besi kasar sebagai berikut :
Bijih besi --> Dicuci --> Dipecahkan dan disaring --> Pemisahan dengan
roda magnit --> dipanaskan --> masuk ke Dapur Tinggi (dengan ditambah
Kokas, batu kapur dan udara tiup) --> akan dihasilkan besi kasar, terak dan
gas dapur tinggi.
Hasil (Produk) Dapur Tinggi
Beberapa macam produk yang dihasilkan dari dapur tinggi, antara lain :
1. Besi kasar (Pig Iron)
Merupakan hasil pokok dari dapur tinggi yang berasal dari reaksi reduksi atas
bijih besi dengan komposisi sebagai berikut :
- Karbon (C) = 3,85% (rata-rata)
- Mangan (Mn) = 0,9% (rata-rata)
- Phospor (P) = 0,9% (rata-rata)
- Belerang (S) = 0,025% (rata-rata)
- Silikon (Si) = 0,12% (rata-rata)
Sifat utama dari besi kasar adalah rapuh (getas). Sehingga hal ini perlu
dilakukan pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan dapur-dapur baja dan
kupola.
Pig iron dapat dibedakan dalam dua macam, yakni :
a. Besi kasar putih : Berwarna putih (mengandung 2,3 ~ 3,5% C), bersifat
getas dan keras, kandungan Mangan (Mn) masih cukup tinggi serta sulit ditempa.
b. Besi kasar kelabu : Berwarna kelabu (mengandung lebih dari 3,5% C),
kandungan Si masih cukup tinggi, kekuatan tarik lebih rendah dari besi kasar
putih, mudah dituang meskipun masih cukup getas. Besi kasar kelabu digolongkan
menjadi : besi kasar kelabu muda yang mengandung 0,5 ~ 1% Si dengan butir-butir
halus serta banyak dipakai sebagai bahan pembuat silinder mesin dan jenis yang
kedua yakni besi kasar kelabu tua yang mengandung hingga 3% Si dengan
butir-butir kasar serta tahan getaran.
2. Terak
Terak merupakan produk sampingan dari besi kasar, umumnya terak mengandung
komposisi sebagai berikut :
- Silika = 33% ~ 42%
- Alumina = 10% ~ 16%
- Kapur = 36% ~ 45%
- Magnesia = 3%~ 12%
- Belerang = 1% ~ 3%
- Ferro Oksida = 0,3% ~ 2%
- Mangan Oksida = 0,2% ~ 1,5%
Terak dapat dikategorikan menjadi terak yang bersifat Asam dan terak yang
bersifat Basa. Hal ini sangat tergantung pada komposisi Kapur (CaO) dan
Magnesia (MgO) terhadap Silika dan Alumina. Terak juga dapat digunakan sebagai
bahan pengganti kerikil (pada pengecoran Beton), pembuatan aspal dan pupuk
Phospat (jika kandungan Phospat cukup tinggi-red).
3. Gas Dapur Tinggi
Sebagaimana telah dijabarkan pada pembahasan dipermulaan bahwa hasil pembakan
kokas berupa gas Karbon Monoksida dan Karbon Dioksida yang menyebabkan
terjadinya proses reduksi pada bijih besi, misalnya :
Fe2O3 + 3C --> 2Fe + 3CO
Fe2O3 + CO --> 2FeO + CO2
Secara umum, komposisi dapur tinggi terdiri dari 27,6% CO; 58% Nitrogen; 13,6%
Karbon Dioksida; dan 0,4% Hidrogen. Sekedar informasi saja bahwa umumnya Gas
yang masih panas yang keluar dari dapur tinggi masih dapat digunakan kembali
untuk memanaskan dapur-dapur lainnya sehingga biaya produksi untuk memanaskan
dapur dihemat (cost reduction).
Klasifikasi Sederhana pada Baja Berdasarkan Kandungan Karbon
Menurut Budinski (1989) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan baja karbon
adalah suatu jenis baja yang ditentukan sifat-sifatnya oleh unsur karbon.
Unsur-unsur yang lainnya dapat diabaikan dengan kandungan yang dibatasi,
misalnya : 1,65% Mn; 0,6% Si; 0,6% Cu dan 0,05% Phospor.
Pada kandungan baja karbon akan dijumpai penyebutan : %C, maksudnya adalah
bahwa %C merupakan prosentasi kandungan C (Karbon) dari Fe3C (Sementid).
1. Baja Lunak (0,05%C ~ 0,2%C) = Masih tergolong baja karbon rendah yang
mempunyai sifat lunak, ulet, kekuatan tarik rendah dan mempunyai sifat mampu
las yang baik, contohnya : kawat, dinding ketel uap, dll.
2. Baja ringan atau baja umum atau mild steel (0,2%C ~ 0,5%C) = Tergolong baja
karbon sedang yang mempunyai sifat mampu mesin dan mampu las yang baik serta
cocok untuk pengolahan panas, contohnya : Poros motor (Shaft), Crak Shaft, dll.
3. Baja Karbon tinggi (0,5%C ~ 0,7%C) = Baja jenis ini dapat dikeraskan dengan
proses pengolahan panas (Heat Threatment), Contohnya : Pegas, Dies, Baut, dll.
4. Baja Karbon sangat tinggi (0,7%C ~ 1,5%C) = Cocok untuk pengolahan panas
tetapi mempunyai sifat mampu las yang buruk serta getas, Contohnya : Mata bor,
pahat pisau, dll.
(Sumber : Anngarwal, O.P, Engineering Chemistry, 1993).
Contoh Baja Paduan
Perlu ditekankan bahwa baja paduan bukan merupakan baja karbon. Hal ini
ditinjau dari unsur-unsur yang dominan sudah bukan unsur C (Karbon) lagi. Dan
sebagai informasi tambahan bahwa pada baja karbon, kita dapat menggunakan
diagram fasa besi Karbon dalam menganalisa fasa-fasanya. Sedang pada baja
paduan, diagram fasa baja Karbon sudah tidak berlaku lagi melainkan menggunakan
diagram fasa yang berhubungan dengan unsur paduannya saja, misalnya : Untuk
Stainless Steel menggunakan diagram Trinari Fe-Cr-Ni.
1. Baja Nikel (3,5%Ni) = Mempunyai sifat yang keras namun elastis dan tahan
korosi, Contohnya : kabel, komponen pesawat dan komponen mobil, dll.
2. Baja Invar (3,6%Ni) = Mempunyai koefisien ekspansi sangat rendah, Contohnya
: Instrumentasi.
3. Baja Khrom (1,5%Cr ~ 2%Cr) = Sangat keras, Contohnya : Peralatan tambang,
Plat lapis baja, dll.
4. Baja Tungsten (14%W ~ 20%W dan 3%Cr ~ 8%Cr) = Cukup keras pada suhu tinggi,
Contohnya : Pahat kecepatan tinggi (HSS)
5. Baja Tahan karat (12%Cr ~ 28%Cr dan 3%Ni ~ 8%Ni) = Tahan karat, Contohnya :
Instrument kedokteran, industri makanan, mobil, industri kimia, dll.
6. Baja Molibdenum (0,3%Mo ~ 3%Mo) = Tahan korosi, cukup keras pada suhu
tinggi, Contohnys : Pahat kecepatan tinggi dan industri mobil.
7. Baja Mangan (12%Mn ~ 15%Mn) = Sangat keras dan tahan aus, Contohnya :
Peralatan tambang, roda gigi, rel kereta api, dll.
8. Baja Vanadium (0,15%V ~ 1%V) = Kekuatan tarik cukup tinggi dan tahan impact,
Contohnya : Pegas, Poros, hammer, dll.
9. Baja Silikon (15%Si) = Sangat keras dan tahan terhadap reaksi asam,
Contohnya : Industri kimia, inti (plat) Transformator, dll.
(Sumber : Anngarwal, O.P, Engineering Chemistry, 1993).
Pengaruh Unsur-Unsur paduan (Pada Baja Paduan)
Menurut JIS dan WES (Japan International Standard; Standard of Japan Welding
Engineering society) dinyatakan bahwa untuk menyederhanakan dengan memakai
analogi baja karbon dengan kadar karbon = %Ceq dalam rangka mencari kekerasan yang diinginkan dirumuskan :
%Ceq = C + Mn/6 + Si/24 + Ni/40 + Cr/5 + Mo/4 + V/14
Sedang menurut IIW dan Llyod (IIW = International Institude of Welding)
dirumuskan :
%Ceq = C + Mn/6 + (Cr+Mo+V)/5 + (Ni+Cu)/15
Dan hubungannya dengan Nilai kekerasan Hvmaks dirumuskan :
Hvmax= (666 x Ceq) + 40
Dapur-Dapur Baja
Sebenarnya Dapur-dapur baja yang akan kita bahas selanjutnya masih ada
korelasinya dengan Dapur Tinggi yang sudah dibahas dimuka. Pada penjelasan
diatas disebutkan bahwa kadar karbon yang dihasilkan dari Dapur Tinggi masing
tinggi prosentasenya. Hal ini berarti bahwa besi kasar (pig iron) mempunyai
sifat mudah rapuh sehingga memerlukan pengolahan lebih lanjut.
Dapur baja berfungsi untuk mengurangi kadar karbon yang masih cukup tinggi pada
besi kasar sehingga diharapkan akan dihasilkan %C sebesar 1,5%C atau lebih
rendah. Baja mempunyai kekuatan tarik yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan besi kasar, lebih ulet, dapat ditempa, mudah dilas,dll.
Jenis-jenis baja sangat variatif dan banyak sekali aplikasinya, khususnya dalam
bidang kontruksi Teknik Sipil maupun Teknik Mesin tergantung dari proses
pembuatan, pengolahan panas (Heat threatment), pengerjaan mekanis, dll.
Setelah besi kasar dihasilkan dari Dapur Tinggi, selanjutnya dapat diteruskan
dengan proses-proses berikut :
1. Konverter Bessemer
Konverter Bessemer merupakan suatu bejana dari plat baja yang dilapisi batu
tahan api yang berfungsi untuk menahan panas dan agar dinding tidak mudah aus.
Konventer Bessemer ini dapat diputar pada porosnya.
Konverter Bessemer mampu mengolah 25Ton besi kasar kelabu (mengandung Si) yang
diisikan kedalamnya. Karena sebelumnya isi bejana telah dipanaskan melalui
pembakaran kokas sehingga mencapai sihu 1500 derajat Celcius dan dialiri udara
bertekanan 2 Atm dari arah bawah, maka besi kasar akan bereaksi dengan Oksigen.
Unsur-unsur pengotor akan bereaksi menurut rekasi :
Si + O2 --> SiO2
2Mn + O2 --> 2MnO
MnO + SiO2 --> MnSiO3 (Slag atau
ampas biji atau arang )
Sedang unsur phospor bereaksi dengan Oksigen menurut persamaan reaksi :
4P + 5O2 --> 2P2O5
S + O2 --> SO2
Mengingat silika bereaksi dengan asam, maka batu tahan api yang dipakai juga
harus bereaksi dengan asam, hal ini perlu untuk mengindari reaksi :
Asam + Basa --> Garam + Air
Pada Konverter Bessemer terjadi pembakaran dimana unsur C (Karbon) diikat oleh
O2 (Oksigen) sehingga akan mejadi CO2 (karbon Dioksida). Dan setelah itu akan diikuti pembakaran
Fe (Nyala api Coklat) menurut reaksi :
Fe + (1/2)O2 --> FeO
Umumnya lapisan batu tahan api dapat bertahan hingga 200 Kali pemakaian.
2. Konverter Thomas
Seperti pada Konverter Bessemer, Konverter Thomas juga memakai batu tahan
api. Hanya saja batu tahan api yang digunakannya bersifat basa. Hal ini
dilakukan karena Konverter Thomas diperuntukan untuk mengolah besi kasar putih
yang mengandung Phospor. Agar menjadi terak, P2O5 yang terbentuk perlu direaksikan dengan batu kapur menurut
:
P2O5 + 3CaO --> Ca3 (PO4)3
Kedua dapur tersebut (Konverter Bessemer dan Konverter Thomas) tidak dipakai
lagi mengingat produk baja yang dihasilkan kurang begitu bagus kualitasnya.
3. Dapur Siemens Martin
Dapur ini memiliki 4 buah ruangan regenerator yang terbuat dari susunan
batu tahan api. Sebelum memulai proses peleburan, dapur dipanaskan terlebih
dahulu dengan bahan bakar gas. Kemudian besi kasar cair (besi skrap) dimasukan
ke dalam dapur. Reaksi kimiawi dan pengikatan kotoran oleh batu kapur sama
seperti dengan yang terjadi pada Konverter Bessemer, Konverter Thomas dan Dapur
Tinggi.
4. Dapur Listrik
Proses peleburan besi kasar (besi skrap) memerlukan energi panas. Energi panas
tersebut dapat diperoleh dari energi Listrik yang diterapkan pada dapur
listrik. Dibandingkan dengan dapur-dapur yang menggunakan bahan bakar fosil
(Padat/Cair/Gas), dapur listrik mempunyai keunggulan-keunggulan :
- Kontrol atas suhu peleburan cukup mudah.
- Tidak terjadi pengotoran yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar maupun
gas hasil pembakaran.
- Dapat mencapai suhu tinggi dalam waktu yang relatip singkat.
- Produk yang dihasilkan lebih berkualitas.
Dapur Busur Cahaya atau busur nyala api
Dapur busur cahaya memiliki batu tahan api pada bagian dalam dapur yang terbagi
menjadi 2 proses, yaitu : Proses Asam dan Proses Basa. Proses Asam digunakan
untuk peleburan baja skrap kualitas tinggi sedang proses Basa digunakan untuk
peleburan baja kualitas sedang, contohnya : Dapur Heroult.
Pada Dapur Heroult, Energi panas yang dihasilkan oleh loncatan busur listrik
antara elektroda karbon dan cairan baja. Setelah sekitar 15 menit hingga 1 jam,
terbentuklah terak pada permukaan cairan yang melindungi dari udara maupun gas
selama proses peleburan.
Pada peleburan dengan dapur listrik akan memberikan keuntungan tambahan berupa
biaya peleburan yang cukup rendah. Namun untuk dapur jenis ini memerlukan biaya
investasi yang cukup besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar